Percaya Itu ...

 

Tataibadah Harian

Rabu, 16 Agustus 2023

Percaya Itu …

 

 

Saat Teduh

 

Nyanyi Bersama

Dia Buka Jalan


Dia buka jalan

Saat tiada jalan
Dengan cara yang ajaib
Dibuka-Nya jalanku

Dia menuntunku dan memeluk diriku
Dengan kasih dan kuasa-Nya
Dia buka jalan
Dia buka jalan

Di belantara Dia tetap menuntunku
Sungai di gurun aku temui
Langit bum ikan lenyap
Tapi Firman-Nya tetap
Saat ini Dia buka jalan

 

Dia buka jalan

Saat tiada jalan
Dengan cara yang ajaib
Dibuka-Nya jalanku

Dia menuntunku dan memeluk diriku
Dengan kasih dan kuasa-Nya
Dia buka jalan
Dia buka jalan

Mazmur 18. 1-19

Perlihatkanlah kepada kami kasih setia-Mu, ya TUHAN,

dan berikanlah kepada kami keselamatan dari pada-Mu! 

Aku mau mendengar apa yang hendak difirmankan Allah, TUHAN.

Bukankah Ia hendak berbicara tentang damai kepada umat-Nya

dan kepada orang-orang yang dikasihi-Nya,

supaya jangan mereka kembali kepada kebodohan? 

Sesungguhnya keselamatan dari pada-Nya

dekat pada orang-orang yang takut akan Dia,

sehingga kemuliaan diam di negeri kita. 

Kasih dan kesetiaan akan bertemu,

keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. 

Kesetiaan akan tumbuh dari bumi,

dan keadilan akan menjenguk dari langit. 

Bahkan TUHAN akan memberikan kebaikan, 

dan negeri kita akan memberi hasilnya.

 

Persiapan merenung

PKJ 198 – Di Hatiku, Ya Yesus

 

Di hatiku, ya Yesus, Tuhan bersabdalah,

agar tenang hatiku dan hilang kuatirku.

 

          Di hatiku, ya, di hatiku, Tuhan bersabdalah

          ‘ku berserah, pasrah penuh: bersabdalah, ya Tuhan.

 

Sucikanlah, ya Yesus, diriku yang cemar;

pakailah aku, Tuhan, meraih yang sesat.

 

Pembacaan Alkitab

Seorang membacakan Yesaya 66.18-23

Seorang lain membacakan Matius 8.23-27

 

Ketika Yesus naik ke dalam perahu, murid-murid-nya mengikuti Dia. Sekonyong-konyong terjadilah angin ribut yang dahsyat di danau itu, sehigga perahu itu nyaris ditelan gelombang, tetapi Yesus tidur. Lalu datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya, “Tuhan, tolonglah, kita binasa.” Ia berkata kepada mereka, “Mengapa kamu ketakutan, hai kamu yang kurang percaya?” Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, sehingga danau itu menjadi teduh sekali. Orang-orang itu pun heran dan berkata, “Orang seperti apa Dia ini, sehingga angin dan danau pun taat kepada-Nya?” (TB2, LAI)

 

Renungan: Percaya Itu …

 

Seorang anak merengek-rengek minta dibelikan makanan oleh ayahnya kala mereka sedang dalam perjalanan menuju luar kota. Sementara menempuh perjalanan, perut sang anak semakin sakit akibat kelaparan yang makin dahsyat. Seiring ‘bunyi’ yang semakin keras, rengekannya juga semakin keras, minta sang ayah segera membelikan makan. Padahal saat itu tidak dijumpai satupun kios makanan di sepanjang penglihatan mata mereka.

 

Kalau Saudara jadi ayah, kira-kira apa yang akan Saudara katakan kepada anak itu? seorang ayah tentu tidak akan membiarkan, apalagi menelantarkan anaknya bukan? Namun jika didesak-desak dan diteriaki, mungkin reaksinya akan seperti ini, “Tenanglah! Percayakah kamu kalau ayah akan mencarikan makanan untukmu dan tak akan membiarkanmu kelaparan? Hanya saja, sekarang ini tidak ada makanan yang bisa dibeli.”   

 

Bisa jadi dalam situasi itu sang ayah akan mengeluarkan apapun dari kantongnya yang layak dimakan, agar bisa mengganjal perut si anak.

Dalam bacaan Injil hari ini diceritakan situasi yang mengerikan juga. Peristiwanya tidak berlangsung di darat, melainkan di air. Para murid Yesus menghadapi angin ribut yang membuat perahu mereka nyaris tenggelam. Reaksi para murid yang dicatat Alkitab adalah membangunkan Yesus.

 

Ada hal menarik dalam situasi itu. Kala dibangunkan, Yesus mengatakan, “Mengapa kamu … kurang percaya?” Bukankah ini berarti kalau seseorang menghadapi situasi menakutkan lalu memanggil Yesus, artinya ia dianggap kurang percaya? Percaya seperti apakah yang dimaksudkan Yesus?

 

Yesus tidak melarang murid-murid-Nya mengandalkan Dia, apalagi dalam situasi mencekam yang tak mungkin diatasi oleh manusia. Akan tetapi para murid bersikap seakan Yesus tidak tahu apa yang perlu diperbuat-Nya demi menyelamatkan mereka. Pada waktunya, Yesus pasti akan melakukan apa yang mendatangkan keselamatan bagi murid-murid-Nya.

 

Cerita ini menawarkan suatu penafsiran seakan keselamatan diawali prakarsa manusia. Dalam kesulitan dan penderitaan, manusia berinisiatif ‘membangunkan’ Tuhan – atau menyuruh Tuhan, seakan Tuhan tidak tahu apa yang harus diperbuat-Nya, atau tidak mau melakukan sesuatu untuk menyelamatkan manusia – sehingga keselamatan manusia terjadi karena sikap manusia itu sendiri, dan bukan berasal dari Tuhan.

 

Kehidupan kita juga tidak luput dari peristiwa-peristiwa yang menyeramkan seperti itu. Meski tidak setiap hari kita alami, namun ketika mengalaminya, apa yang kita lakukan? Apakah kita percaya Tuhan Mahabaik, sehingga akan menolong dan menyelamatkan kita?  

 

 

 

Doa Syafaat

Mari mendoakan:

-        Pelayan Tuhan, agar menjalankan tugasnya dengan hikmat Tuhan

-        Kehidupan gereja Tuhan, agar tetap memenuhi panggilannya dengan terus memperlengkapi diri demi kebutuhan umat serta masyarakat yang dilayaninya

-        Situasi jelang Pemilu 2024, agar umat bisa dibekali dengan pemahaman tentang pemilihan sehingga dapat menjalankan hak dan kewajibannya secara utuh dan menikmati setiap proses memilih

 

Nyanyi Bersama

“Waktu Tuhan”

Bila Kau ijinkan sesuatu terjadi
Ku percaya semua untuk kebaikanku
Bila nanti telah tiba waktu-Mu
Ku percaya kuasa-Mu memulihkan hidupku

Waktu Tuhan pasti yang terbaik
Walau kadang tak mudah dimengerti
Lewati cobaan ku tetap percaya
Waktu Tuhan pasti yang terbaik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Dipulihkan, Diberkati, dan Dikuatkan oleh DIA”

Sabtu, 20 Desember 2025 SAAT TEDUH   PUJIAN PEMBUKA NKB. 143 _ Janji Yang Manis   Janji yang manis: ” ‘Kau tak ‘Ku lupakan”, tak terombang-a...