Tataibadah Harian
Sabtu, 8 Juli 2023
“Kesederhanaan Hidup”
Saat
teduh
Doa pembukaan
Dipimpin
seorang anggota keluarga
Nyanyian Bersama
PKJ 258 – ‘Ku Ingin
Selalu Dekat Pada-Mu
Ku
ingin selalu dekat pada-Mu,
ikut
Kau, Tuhan, tiada jemu;
Bila
Kaupimpin kehidupanku,
tak
‘
O Jurus’lamat, pegang tanganku
bimbingan-Mu yang aku perlu;
B’ri pertolongan dan kuasa-Mu
O Tuhan Yesus, pegang tanganku.
Gelap
perjalanan yang aku tempuh,
namun
cerah berseri jiwaku;
damai
menanti di sorga baka.
Pembacaan Mazmur
Mazmur 145.8-14
Dibacakan
oleh seorang anggota keluarga
Perenungan Sabda
-
Doa
persiapan
-
Pembacaan
Alkitab:
Zakharia 4.1-7
Lukas 10.21-24
Dibacakan oleh seorang anggota
keluarga
“Kesederhanaan
Hidup”
Ada seorang nenek tinggal di desa yang
kecil. Sedemikian kecilnya, hingga hanya dia yang hidup sendiri di desa itu. Tempat
di mana desa itu berada juga jauh dari kehidupan orang banyak. Namun ia merasa
bahagia, sebab segala sesuatu yang dijalaninya dalam hidupnya tidak melanggar
ketentuan atau perintah Tuhan, sebab ia tidak mengerti cara-cara melakukan
kejahatan dan untuk apa melakukannya. Misalnya, ia tidak mencuri, ia tidak
berbohong, ia tidak memalsukan surat-surat, ia tidak mencari keuntungan diri di
atas kerugian orang lain, dan segala perkara jahat lainnya. Hidupnya lurus, di
tengah segala keberadaan dan keterbatasannya. Iapun tidak punya keinginan
meninggikan dirinya, sebab apa yang bisa dibanggakannya?
Sebuah desa lain, yang terletak paling dekat
dengan desa si nenek, ditempati oleh orang-orang pintar. Mereka menggunakan teknologi
modern dengan mudahnya, dan sangat cepat mengakses pengetahuan baru dari dunia
luar. Hal itu membuat mereka teramat fasih berbicara, bahkan tentang apapun. Namun
karena kepintaran mereka, tak jarang mereka menggunakan kelebihan yang ada pada
mereka untuk merugikan orang lain atau menunjukkan kehebatan mereka.
Di dunia tempat kita hidup, bisa jadi ditemukan
situasi semacam itu. Ada orang yang tak terpelajar, yang bahkan tak sanggup
membaca atau menulis. Namun tak jauh darinya ada juga orang yang sangat tinggi
gelarnya, sehingga memiliki berbagai jabatan di mana-mana.
Dalam gereja, komunitas orang percaya juga berisikan
kelompok yang demikian. Kadang – atau bahkan sering – ditemukan orang-orang
yang merasa diri lebih pandai berbicara, khususnya mengenai Alkitab, ‘meremehkan’
orang-orang yang dianggapnya kurang fasih atau ‘kurang rohani’.
Perikop yang kita baca memperlihatkan
situasi di mana Yesus bergembira melihat hasil karya murid-murid yang diutus-Nya
mendatangkan buah yang baik dari pekerjaan mereka. Murid-murid lebih berani
menunjukkan karya Tuhan di tengah kehidupan dan dampaknya dirasakan oleh
masyarakat yang mereka jumpai. Padahal para murid yang diutus Yesus berasal
dari latar belakang orang yang tak terpelajar. Tak ada satupun dari mereka yang
tamat SD!
Namun justru karena itulah mereka dengan
rendah hati dan tanpa pamrih menjalankan penugasan dari Yesus. Tidak berdalih
dan beralasan, mereka melakukan segala yang diperintahkan Yesus dengan taat. Atas
dasar itulah Yesus bergembira (Alkitab BIMK). Bagi Yesus, yang jauh lebih penting
dan berharga ialah kesanggupan melakukan firman (yang dikehendaki) Allah Bapa
ketimbang memahami (tapi tidak melakukannya).
Dalam kesederhanaan berpikir dan merasa,
diharapkan seseorang bisa lebih bergantung pada Tuhan. Kekuatan manusia yang
lemah – ditambah kebergantungannya pada Tuhan - jika ditopang oleh kekuatan
Tuhan, dampaknya sangat luar biasa. Hal yang tak terpikirkan bisa saja
mendatangkan jawaban atas pergumulan atau persoalan hidup yang sedang dihadapi.
Setidaknya itu yang bisa kita ingat jika mengutip Zakharia 4 ayat 6 yang menuturkan,
“Inilah firman TUHAN kepada Zerubabel bunyinya: Bukan dengan keperkasaan dan
bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam.“
Jadi, jika kita merasa tidak pintar namun
mau taat melakukan kehendak Tuhan, seperti para murid yang sederhana, cukuplah
itu kita jadikan modal menjalani hidup hari demi hari. Damai sejahtera Allah,
yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiran kita dalam Kristus
Yesus.
Doa Bersama
Mari mendoakan:
a.
Kehidupan
yang bersih dalam tiap keluarga, yang bisa diusahakan lewat pembelajaran dan
pelatihan, serta pembiasaan
b.
Selain
bersih secara jasmani, juga diharapkan bisa memelihara kebersihan secara rohani,
dengan tetap berinteraksi dengan Tuhan melalui berbagai media
Nyanyian Bersama
PKJ 127 – Jadilah,
Tuhan, Kehendak-Mu
Jadilah,
Tuhan, kehendak-Mu!
Segala
kuasa di tangan-Mu.
Tolonglah,
Tuhan, aku lemah,
jamahlah
aku, kuatkanlah.
Jadilah,
Tuhan, kehendak-Mu!
Berilah
Roh-Mu kepadaku.
Kehidupanku
kuasailah
hingga
t’rang Kristus tampak cerah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar