DAMPAK IMAN

 

Tataibadah Harian

Sabtu, 4 Maret 2023

“Dampak Iman”

 

 

 

Saat teduh

 

Doa pembukaan

Dipimpin seorang anggota keluarga

 

Nyanyian Bersama

NKB 5 – Seluruh Dunia, Hai Nyanyikanlah

 

Seluruh dunia, hai, nyanyikanlah: Kau Allahku!

Malaikat bergemar, pujian terdengar;

dan alam tak lelah menaikkan sembah.

Seluruh dunia, hai, nyanyikanlah: Kau Allahku!

 

Seluruh dunia, hai, nyanyikanlah: Kau Rajaku!

Gereja bermazmur, penuh dengan syukur

hendaklah hatimu memuji tak jemu

Seluruh dunia, hai, nyanyikanlah: Kau Rajaku!

 

 

Pembacaan Mazmur

Mazmur 121

Dibacakan oleh seorang anggota keluarga

 

Perenungan Sabda

-                 Doa persiapan

-                 Pembacaan Alkitab:

Yesaya 51.4-8

Lukas 7.1-10

Dibacakan oleh seorang anggota keluarga

 

 

“Dampak Iman”

 

Besok kita akan memasuki minggu Prapaskah II. Selangkah setelah proses menahan diri di minggu pertama, kita diajak meneruskan upaya berbalik kepada Tuhan melalui kerinduan mendengarkan suara-Nya. Itulah yang disampaikan lewat catatan dalam kitab Yesaya.

 

Ada hal bagus yang sering ditanyakan orang, “Dari mana kita bisa mengetahui suara Tuhan? Bagaimana membedakannya dengan suara lain yang kita dengar dari dalam diri kita?”

 

Jawab paling sederhana yang bisa diberikan adalah, “Jika oleh pemberlakuannya lahir kedamaian dan kebaikan dari situ.” Misalnya, jangan iri hati. Lalu ketika kita menerapkannya, dengan tidak mengingini apa yang dimiliki orang lain, kita merasakan kedamaian di dalam diri kita. Sebaliknya, ketika kita mengingini apa yang dipunyai orang lain, maka kita bisa merasa gundah kala hal itu tidak tercapai. Tak mengherankan seorang pendeta pernah berujar, “Sebaiknya aku tidak mendengar hal-hal buruk sehingga tak tergoda melakukan hal yang buruk pula!”

 

Mendengarkan suara Tuhan tidak hanya dilakukan sewaktu-waktu alias kadang-kadang saja. Sebab kala godaan menghampiri kita, dibutuhkan panduan atau arahan yang jelas agar kita bisa menangkal atau melawannya. Suara Tuhanlah yang paling dapat diandalkan, sebab darinya kita beroleh jalan keluar untuk mengatasinya. Jadi kita bisa tetap bertahan dalam kemurnian, sambil terus menatap Tuhan.

 

Hasil yang diperoleh tidak main-main. Kita bisa sampai pada taraf kehidupan beriman yang berdampak baik. Kita bisa mendapatinya melalui cerita kedua, yakni dalam diri seorang perwira nonYahudi. Meskipun tidak berkeyakinan sama dengan orang-orang Yahudi, ia memperlihatkan kualitas iman yang berkenan kepada Yesus.

 

Meski berbeda keyakinan, ia mendengarkan suara Tuhan. Hal itulah yang ‘mengasah’ dirinya sehingga mengenali apa yang Yesus kehendaki. Hal itu membawanya pada sikap yang benar, yakni mempercayai kuasa Yesus dan meyakini apa yang bisa dilakukan-Nya.

 

Iman sang perwira diwujudkannya dalam bentuk kerendahan hati. Ia tidak memaksa Yesus datang ke rumahnya untuk menyembuhkan hambanya. Padahal biasanya dalam rangka menyembuhkan seseorang, orang-orang Yahudi meminta Yesus mendatangi mereka sehingga bisa bertemu muka dengan muka. Seakan tahu apa yang Yesus katakan, walau dari jarak yang jauh, sang perwira ‘menyerahkan’ segala yang baik di tangan Yesus. Dan terjadilah kesembuhan dalam diri hambanya itu.  

 

Hidup beriman tidak dapat dilepaskan dari mendengarkan suara Tuhan. Dengan mendengarkan suara-Nya, kita diharapkan memahami kehendak-Nya. Jika kita tidak tahu apa yang dikehendaki-Nya, maka doa kita akan berisi permohonan yang memaksa Tuhan mengabulkan apa yang kita minta. Akibatnya, alih-alih berpasrah dan menerima kenyataan, kita jadi impulsif dan dipenuhi tuntutan. Lalu jadi kecewa jika tuntutan kita tidak terkabul. Kalau kita banyak kecewa, hidup jadi tidak seru kan?

 

 

Doa Bersama

Mari mendoakan:

Agar kita terus belajar saling menolong dengan sesama, mulai dengan anggota keluarga kita

 

Nyanyian Bersama

KJ 144 – Suara Yesus Kudengar

 

Suara Yesus kudengar, “Hai mari yang penat,

Serahkanlah kepada-Ku bebanmu yang berat.”

Kepada Yesus, Tuhanku, ‘ku datang berserah;

jiwaku yang letih lesu dibuat-Nya lega.

 

Suara Yesus kudengar, “Yang haus, datanglah,

dan air hidup Kuberi, hai mari, minumlah.”

Kepada Yesus, Tuhanku, ‘ku datang berserah;

kudapat Air Alhayat dan hidup dalam-Nya.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Bagi Tuhan - Kamis, 18 Desember 2025

Kamis, 11 Desember 2025