SAAT TEDUH
NYANYIAN PEMBUKA
KJ 033 – SuaraMu Kudengar
Syair dan lagu: I Hear Thy Welcome Voice/I Am Coming Lord, Lewis Hartsough, 1872; Terjemahan: Yamuger, 1978
do = es
3 ketuk
1. SuaraMu kudengar memanggil diriku,
supaya ‘ku di Golgota dibasuh darahMu!
Refrain:
Aku datanglah, Tuhan, padaMu;
dalam darahMu kudus sucikan diriku.
2. Kendati ‘ku lemah, tenaga Kauberi;
Kauhapus aib dosaku, hidupku pun bersih.
PEMBACAAN KITAB MAZMUR 42
(dibacakan secara bergantian)
Pemimpin Ibadah : Untuk pemimpin biduan. Nyanyian pengajaran bani Korah.
Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair,
Umat : demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.
Pemimpin Ibadah : Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup.
Umat : Bilakah aku boleh datang melihat Allah?
Pemimpin Ibadah : Air mataku menjadi makananku siang dan malam,
Umat : karena sepanjang hari orang berkata kepadaku:
”Di mana Allahmu?”
Pemimpin Ibadah : Inilah yang hendak kuingat,
Umat : sementara jiwaku gundah gulana;
Pemimpin Ibadah : bagaimana aku berjalan maju dalam kepadatan manusia,
Umat : mendahului mereka melangkah ke rumah Allah
Pemimpin Ibadah : dengan suara sorak-sorai dan nyanyian syukur,
Umat : dalam keramaian orang-orang yang mengadakan perayaan.
Pemimpin Ibadah : Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku,
dan gelisah di dalam diriku?
Umat : Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi
kepada-Nya, penolongku dan Allahku!
Pemimpin Ibadah : Jiwaku tertekan dalam diriku,
Umat : sebab itu aku teringat kepada-Mu
Pemimpin Ibadah : dari tanah sungai Yordan dan pegunungan Hermon,
Umat : dari gunung Mizar.
Pemimpin Ibadah : Samudera raya berpanggil-panggilan
dengan deru air terjun-Mu;
Umat : segala gelora dan gelombang-Mu
bergulung melingkupi aku.
Pemimpin Ibadah : Tuhan memerintahkan kasih setia-Nya pada siang hari,
Umat : dan pada malam hari aku menyanyikan nyanyian,
suatu doa kepada Allah kehidupanku.
Pemimpin Ibadah : Aku berkata kepada Allah, gunung batuku:
”Mengapa Engkau melupakan aku?
Umat : Mengapa aku harus hidup berkabung
di bawah impitan musuh?”
Pemimpin Ibadah : Seperti tikaman maut ke dalam tulangku
lawanku mencela aku,
Umat : sambil berkata kepadaku sepanjang hari:
”Di mana Allahmu?”
Pemimpin Ibadah : Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku,
Umat : dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku?
Pemimpin Ibadah : Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya,
Umat : penolongku dan Allahku!
DOA PEMBUKAAN DAN FIRMAN
(dipimpin oleh salah satu anggota keluarga)
PEMBACAAN ALKITAB
Perjanjian Lama : Yehezkiel 47 : 1-12
Perjanjian Baru : Yudas 1 : 17-25
RENUNGAN
Judul : Hati-hati!!! Ada Serigala !!!
Jemaat yang dikasihi Tuhan, tentu kita tidak asing dengan istilah “serigala berbulu domba”. Biasanya istilah ini digunakan untuk mengingatkan suatu kelompok akan adanya bahaya penyusup atau pengkhianat yang akan menghancurkan kehidupan yang ada di dalam kelompok tersebut atau setidaknya menjadi orang yang akan menimbulkan perpecahan dan konflik yang besar dalam suatu kelompok. Contohnya kalau mau melihat kehidupan Yesus dan para murid, kita bisa mengidentifikasi Yudas Iskariot sebagai “serigala berbulu domba” dalam kelompok Yesus beserta para murid. Kalau kita lihat, Yudas Iskariot ini adalah seseorang yang juga menjadi murid Tuhan Yesus, tentu ia ada dan bersama-sama dengan Yesus dan juga para murid, sehingga tidak ada satupun yang akan menaruh kecurigaan pada Yudas Iskariot jika pada akhirnya ia akan berkhianat dan menyerahkan Yesus pada para pemimpin agama Yahudi dan sampai pada akhirnya nanti Yesus dihukum mati. Namun kita tidak akan berbicara banyak mengenai kisah tersebut, poin utama yang hendak kita lihat bersama adalah bahwa kehadiran “serigala berbulu domba” itu terkadang tidak terdeteksi oleh kita, namun serigala ini selalu memiliki potensi dan kemungkinan untuk hadir dan eksis di tengah kehidupan.
Teks yang mendasari renungan kita pada hari ini pun juga menceritakan hal yang serupa, yakni adanya serigala berbulu domba di tengah konteks sidang pembaca surat Yudas. Seperti istilah “tidak akan ada asap jika tidak ada api”, demikian juga kehadiran surat ini di tengah kehidupan umat kristiani saat itu. Teks ini secara gamblang dan jelas memperlihatkan adanya suatu kondisi krisis yang perlu untuk direspon dengan tepat. Di dalam teks kita, bahkan sedari ayat 3, kita bisa melihat penulis teks Yudas ini menunjukan kehadiran orang-orang yang menjadi penyesat dalam kehidupan umat saat itu. Untuk itu, penulis teks ini mengingatkan pentingnya untuk menyadari kehadiran “serigala berbulu domba” di tengah kehidupan umat dan ajakan untuk mempertahankan iman kristiani yang sudah ditanamkan dalam kehidupan umat. Berangkat dari konsep tentang “serigala berbulu domba” dan situasi yang dijelaskan dalam teks kita, maka pada hari ini kita diajak juga untuk memiliki kewaspadaan akan munculnya sosok serigala yang mungkin saja hadir dalam kehidupan kita dan bisa saja sewaktu-waktu menerkam kita.Teks kita setidaknya memberikan beberapa gambaran akan identifikasi sosok “serigala berbulu domba”, antara lain :
1. Serigala itu “diam-diam menghanyutkan”
Di ayat 18, teks kita menunjukan hadirnya sosok “pengejek-pengejek”, tentu kita tidak bisa mengasumsikan pengejek ini layaknya anak kecil yang suka saling ejek. Atau mereka yang dengan gamblang mencela atau menghina orang lain dengan kata-kata saja, justru dalam teks kita terkhusus jika kita mencermati ayat 4, para pengejek ini adalah orang-orang yang tahu akan “kebenaran kasih Allah”, namun justru mereka menyalahgunakan hal itu demi kepuasan pribadi ataupun nafsu duniawi semata. Artinya mereka ini bukan orang-orang yang dengan gamblang menyatakan “penyimpangan” mereka, justru mereka ini orang-orang yang tidak kita duga-duga akan menjadi sosok serigala di tengah kehidupan kita.
2. Serigala itu mengikuti nafsu kefasikan
Merujuk pada ayat 18 dan 19, disebutkan bahwa serigala itu orang yang mengikuti nafsu kefasikan atau keinginan dunia semata. Ini menunjukan bahwa serigala ini adalah orang-orang yang jauh dari kehidupan yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Mereka hanya mementingkan hal-hal duniawi yang justru membuat mereka terjerumus dalam kehidupan yang tidak mencerminkan kasih Allah.
3. Serigala itu hidup tanpa Roh Kudus
Oleh karena mereka tidak hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, untuk itu di dalam teks kita disebutkan bahwa mereka ini hidup tanpa Roh Kudus. Artinya adalah bahwa mereka memiliki hidup yang tidak terarah dengan tepat. Ketidakhadiran Roh Kudus menunjukan kehidupan yang chaos dan tanpa arah.
Dari ciri-ciri di atas, kita bisa berefleksi bahwa Serigala itu hadir di dalam kehidupan kita. Perlu disadari bahwa sosok serigala berbulu domba itu hadir dari tempat dalam kehidupan kita, yakni
1. Hadir dalam diri kita
Jika kehidupan kita masih memiliki landasan untuk memenuhi nafsu duniawi saja, maka berhati-hatilah. Contohnya jika kita melakukan suatu kebaikan hanya karena kita ingin dipuji. Keinginan untuk dipuji inilah yang menjadi serigala di dalam diri kita. Memang apa yang kita lakukan adalah sebuah kebaikan, namun jika kebaikan itu hanya demi memuaskan keinginan pribadi kita untuk dipuji, berhati-hatilah!! Serigala itu sedang menerkam dari dalam diri anda.
2. Hadir dari luar diri kita.
Jika kita hidup bersama dengan orang-orang yang membuat kehidupan kita menjadi tidak mencerminkan kasih Allah. Jika lingkungan kehidupan kita toxic dan membuat kita tidak semakin bertumbuh dan berkembang dalam iman maupun kehidupan kita, maka berhati-hatilah, Serigala itu sedang mengintai anda dari kejauhan.
Melalui perenungan yang boleh bersama kita hayati hari ini, kita perlu untuk berhati-hati dan waspada akan sikap hidup dan perilaku yang tidak mencerminkan kasih Allah di dalam kehidupan kita. Ingatlah dan berjaga-jagalah, ada serigala yang sedang mengintai untuk memangsa kita sewaktu-waktu. Untuk itu, milikilah modal yang baik dalam diri kita, perlengkapi diri kita sebaik mungkin, sehingga serigala itu tidak dapat menyerang dan bahkan memangsa kita. Kiranya Allah boleh menjadi gembala yang selalu menuntun dan melindungi kita dari setiap serigala-serigala kehidupan. Amin.
DOA SYAFAAT DAN PENUTUP
Pokok Doa Khusus : Berdoa agar masyarakat tetap saling mengingatkan untuk melakukan portokol kesehatan.
NYANYIAN PENUTUP
KJ 345 – Sertai Kami, Tuhan
Syair: Ach bleib mit deiner Gnade, Josua Stegmann, 1627,
Terjemahan: Yamuger, 1983,
Lagu: Melchior Vulpius, 1609
do = d
2 ketuk
1. Sertai kami, Tuhan,
dengan anug’rahMu;
berilah pertolongan
melawan si set’ru.
3. Sertai kami, Tuhan,
dengan cahayaMu;
jadikan kebenaran
pemandu yang teguh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar