(Selasa, 29 November 2022)
Saat Teduh
Nyanyian Pembuka
"Allah Bapa, Tuhan”
(KJ 13 : 1, 4)
Allah, Bapa Tuhan,
dimuliakanlah nama-Mu!
Allah, Bapa Tuhan,
dimuliakanlah nama-Mu!
Langit, bumi ciptaan-Mu,
kami pun anak-anak-Mu.
Datanglah dengan kasih-Mu!
Allah kami Yang Esa,
Bapa, Putra dan Roh Kudus,
Allah kami Yang Esa,
Bapa, Putra dan Roh Kudus,
Kami datang menyembah-Mu,
memasyhurkan kuasa-Mu.
Puji syukur kepada-Mu!
Pembacaan Mazmur 124
(dibaca secara berbalasan dengan anggota keluarga)
Doa Pembuka dan Firman
(dipimpin oleh salah satu anggota keluarga)
Pembacaan Alkitab
Perjanjian Lama : Kejadian 9 : 1-17
Perjanjian Baru : Ibrani 11 : 32-40
Renungan
Relasi antara orang tua dan anak seringkali dipakai sebagai gambaran relasi antara Allah dan umat-Nya. Selayaknya orang tua yang terkadang menunjukkan ketegasannya kepada sang anak, agar mereka menyadari kesalahannya dan memperbaiki kelakuannya. Demikian jugalah yang dilakukan Allah kepada umat-Nya. Sebagai Bapa bagi umat-Nya, Allah terkadang bertindak tegas untuk memberi pelajaran kepada anak-anak-Nya, supaya mereka tidak lagi melakukan kesalahan yang sama di kemudian hari. Tindakan tegas Allah selalu memiliki tujuan yang baik bagi anak-anak-Nya. Dengan ketegasan-Nya itu, Allah tidak bermaksud meninggalkan anak-anak-Nya, melainkan untuk membuat anak-anak-Nya menyadari kesalahannya dan memperbaiki kelakuannya. Allah bertindak tegas kepada anak-anak-Nya karena Dia mengasihi mereka sedemikian rupa.
Gambaran Allah yang demikian itulah yang kita temukan dalam peristiwa air bah yang terjadi pada zaman Nuh. Allah menghukum umat-Nya dengan mendatangkan air bah dimaksudkan agar umat ciptaan-Nya menjadi lebih baik dan tidak lagi hidup dalam dosa atau kesalahan mereka. Allah menetapkan Nuh dan keluarganya sebagai generasi penerus, yang diharapkan dapat memperbaiki kelakuan manusia yang telah rusak akibat dosa. Sebab itulah, setelah peristiwa air bah, Allah kembali menegaskan janji-Nya kepada Nuh dan keluarganya. Allah akan tetap memelihara mereka dan menjaga mereka, selayaknya Bapa yang mengasuh anak-anaknya dengan baik.
Ketegasan Allah pada jaman Nuh tidak dimaksudkan untuk menunjukkan kemarahan Allah atau ketidakpedulian Allah terhadap umat-Nya. Peristiwa air bah justru hendak menunjukkan bahwa Allah sangat mengasihi umat-Nya dan tidak ingin umat-Nya selalu berbuat dosa dan bertindak salah dalam kehidupannya. Allah ingin memperbaiki kehidupan anak-anak-Nya. Allah tahu bahwa dosa telah menguasai manusia sedemikian rupa. Oleh karenanya Allah membersihkan semuanya itu dan memilih satu generasi yang baik, agar dari generasi ini lahir manusia-manusia yang lebih benar dan lebih kudus. Sebagai Bapa, Allah sebenarnya juga tidak tega untuk melakukan semuanya itu. Namun karena demi masa depan anak-anak-Nya agar lebih baik, Ia rela untuk melakukan semuanya itu. Hal ini nampak dari janji-Nya yang tidak akan melakukan hal yang sama lagi di kemudian hari. Keberadaan pelangi dipakai sebagai tanda untuk mengingatkan manusia akan janji Allah ini.
Jika Allah, sebagai Bapa kita telah melakukan upaya sedemikian rupa untuk menolong dan membebaskan kita dari kuasa dosa, maka sebagai anak-anak-Nya, kita dipanggil untuk juga berjuang dan berusaha untuk menjaga hidup kita agar tidak lagi dikuasai oleh dosa. Allah ingin hidup kita lebih baik. Oleh karena itu, marilah kita menjaga diri kita dan berusaha untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya. Marilah kita jaga diri sehingga dosa tidak lagi menguasai hidup kita. Inilah panggilan kita sebagai anak-anak Bapa! Amin.
Doa Syafaat dan Penutup
Berdoa agar masyarakat tetap patuh pada protokol kesehatan dalam beraktifitas di tengah masa pandemi ini.
Nyanyian Penutup
“Mercusuar Kasih Bapa”
(NKB 206 : 1, 3)
Mercusuar kasih Bapa
memancarkan sinar-Nya.
Namun suluh yang di pantai,
kitalah penjaganya.
Refrain :
pelihara suluh pantai,
walau hanya klip kelap.
Agar tiada orang hilang
di lautan yang gelap.
Peliharalah suluhmu,
agar orang yang cemas,
yang mencari pelabuhan,
dari mara terlepas
(kembali ke refrain)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar