KESEMPATAN DAN PILIHAN HIDUP

 SAAT TEDUH


NYANYIAN PEMBUKA

PKJ. 242 : 1 “Seindah Siang Disinari Terang”

Syair dan lagu: The Way That He Loves, W. Elmo Mercer,

Terjemahan: Yamuger, 1999,

(c) 1958, 1981, by John T. Benson Publishing Co. / ASCAP


Seindah siang disinari terang

cara Tuhan mengasihiku;

seindah petang dengan angin sejuk

cara Tuhan mengasihiku.

Tuhanku lembut dan penyayang

dan aku mengasihi Dia.

KasihNya besar; agung dan mulia

cara Tuhan mengasihiku.

PEMBACAAN KITAB MAZMUR 46

(dibacakan secara bergantian)


Pemimpin Ibadah : Untuk pemimpin biduan. Dari bani Korah. 

Dengan lagu: Alamot. Nyanyian.

Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.

 


Umat : Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah,

sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut;



Pemimpin Ibadah : sekalipun ribut dan berbuih airnya,

sekalipun gunung-gunung goyang oleh geloranya.


Umat : Kota Allah, kediaman Yang Mahatinggi,

disukakan oleh aliran-aliran sebuah sungai.

 


Pemimpin Ibadah : Allah ada di dalamnya, kota itu tidak akan goncang;

Allah akan menolongnya menjelang pagi.

 



Umat : Bangsa-bangsa ribut, kerajaan-kerajaan goncang,

Ia memperdengarkan suara-Nya, dan bumi pun hancur.



Pemimpin Ibadah : Tuhan semesta alam menyertai kita,

kota benteng kita ialah Allah Yakub.



Umat : Pergilah, pandanglah pekerjaan Tuhan,

yang mengadakan pemusnahan di bumi,


Pemimpin Ibadah : yang menghentikan peperangan sampai ke ujung bumi,

yang mematahkan busur panah, menumpulkan tombak,

membakar kereta-kereta perang dengan api!

Umat : ”Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah!

Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!”


Pemimpin Ibadah : Tuhan semesta alam menyertai kita,

kota benteng kita ialah Allah Yakub.






DOA PEMBUKAAN DAN FIRMAN

(dipimpin oleh salah satu anggota keluarga)


PEMBACAAN ALKITAB

Perjanjian Lama : 2 Tawarikh 18 : 12 - 22

Perjanjian Baru : Ibrani 9 : 23-28



RENUNGAN

Judul : Kesempatan dan Pilihan Hidup.

    Apakah saat ini ada dari kita yang sedang berada dalam sebuah persimpangan besar dan sulit untuk menentukan pilihan? Apakah ada dari kita yang saat ini sedang merasakan kebimbangan yang begitu hebat di dalam hidup? Tidak bisa dipungkiri, bahwa di dalam kehidupan yang kita jalani, kita selalu diperhadapkan dengan berbagai pilihan. Baik pilihan-pilihan yang mudah kita ambil keputusannya, maupun yang sebaliknya. Tentu, jika pilihan-pilihan hidup yang mudah untuk diputuskan datang dalam kehidupan kita, kita tidak akan ambil pusing dan merasa bimbang. Namun jika yang datang adalah pilihan yang sulit dan menimbulkan resiko yang sama-sama besar bagi kehidupan kita, tentu kita akan mempertimbangkan pilihan-pilihan yang ada dengan seksama, dan untuk itulah kita merasa bimbang dan bingung. Namun permasalahannya tidak hanya berhenti sampai disitu saja, ketika kita sudah membulatkan keputusan dan mengambil suatu pilihan tertentu, dan ternyata pilihan yang kita ambil tidak terlalu menguntungkan atau berjalan baik bagi kehidupan kita, ada sebuah penyesalan besar yang akan menghantui kita, dan barulah kita menyadari bahwa kita melewatkan sebuah kesempatan besar yang tidak akan terulang kembali. Akhirnya kita merasakan sebuah kegagalan dalam hidup karena mengambil pilihan yang “salah”.

    Seperti kata pepatah “kesempatan tidak datang dua kali”, demikian juga pilihan-pilihan hidup yang begitu penting dalam kehidupan kita sebagai manusia. Dalam suatu momen tertentu, kita diberikan satu-satunya kesempatan yang tidak bisa kita ulang kembali. Ada suatu momen yang tidak bisa kita alami lagi dan ulang kembali. Berefleksi dari Teks yang akan menjadi fokus kita dalam merenungkan hal ini , Ibrani 9 : 23-28 berbicara tentang karya keselamatan Allah yang diberikan hanya sekali dan untuk selamanya. Dari teks ini, kita mau bersama-sama belajar untuk memanfaatkan segala kesempatan yang ada di dalam hidup kita, terkhusus ketika kita diperhadapkan dalam sebuah kesempatan untuk menentukan sebuah-pilihan yang sulit dalam kehidupan kita. Adapun beberapa poin yang dapat kita soroti bersama dalam kaitannya dengan menentukan pilihan-pilihan yang tidak datang dua kali dalam kehidupan kita, antara lain : 


Ketahui Posisi dan Tujuan.

Di ayat 23 dan 24, kita bisa menyaksikan bagaimana penulis kitab Ibrani dengan berani menggambarkan bahwa kini Yesus tidak lagi berada di tempat yang biasa saja. Ia ada di hadirat Allah yang Maha Kudus. Namun hal ini bukan hanya dilakukan tanpa alasan dan motivasi yang jelas. Justru penulis kitab Ibrani mengatakan bahwa hal ini dilakukan “guna kepentingan kita”. Dalam penghayatan iman kita pun, dipahami bahwa keberadaan Yesus di surga, dalam rangka mempersiapkan tempat kita di hadirat Allah nantinya, karena jika tidak terjadi demikian, akan ada suatu keraguan dalam benak dan iman kita mengenai sosok ke-Tuhan-an Yesus. Hal ini ingin mengatakan bahwa segala hal yang menjadi tindakan dan karya Allah bagi manusia, selalu memiliki tujuan yang jelas, dan mengerti bagaimana Ia harus menempatkan diri dalam membangun relasi dengan manusia. Ketika Ia hendak menebus manusia dari dosa, Allah rela mengurbankan anak-Nya untuk berinkarnasi menjadi manusia, karena dengan demikianlah manusia dibebaskan dari dosa-dosanya. Akan tetapi ketika Ia hendak menyiapkan tempat bagi kita di surga sana, Ia pun kembali ke hadirat-Nya yang Agung. Satu hal yang bisa kita refleksikan dari bagian ini adalah di dalam setiap keputusan berdasarkan pilihan yang akan kita ambil, kita perlu mempertimbangkan visi dan tujuan besar kehidupan kita, dan tentu kita perlu memposisikan diri dalam setiap situasi akan pilihan yang kita ambil. Dengan demikian kita memiliki mindset yang lebih jelas akan setiap konsekuensi dari pilihan yang akan kita ambil.

Menjadi Otentik

Di ayat 25-26, teks Ibrani memberikan gambaran yang jelas bagi kita akan keotentikan pribadi Yesus melalui setiap tindak dan karya-Nya. Dituliskan disitu bahwa Yesus melakukan suatu tindakan yang “berbeda” daripada apa yang biasanya dilakukan orang lain. Di dalam tindakan yang lahir atas pilihan yang diambil untuk menebus manusia, Tuhan kita Yesus Kristus menunjukan suatu otentisitas diri yang pada akhirnya menjadi cara kita mengenal dan mengalami karya keselamatan-Nya bagi kita. Dari sini kita bisa berefleksi bahwa di dalam setiap pilihan kehidupan yang akan kita ambil, kita perlu melihat apakah keputusan dan pilihan yang kita ambil benar-benar menjadi hasil dari pertimbangan dengan kesadaran akan konteks yang menjadi bagian dari diri kita atau tidak. Di dalam setiap pilihan yang kita ambil, kita perlu menunjukan otentisitas diri kita melalui tindakan yang lahir akan kesadaran pribadi bahwa memang hal itulah yang dapat menggambarkan diri kita secara otentik. Dengan demikian, ketika “toh” nantinya kita tidak mendapatkan hasil yang baik atas pilihan-pilihan kita, kita mampu untuk menerima segala resikonya, karena kita secara sadar memutuskan itu berdasarkan pertimbangan yang matang atas keberadaan kita. 

Tidak Ada Kesempatan Kedua.

Ketika kita mencoba menghayati bagaimana teks kita di dalam ayat 27-28 mengatakan bahwa karya keselamatan Allah berlaku sekali dan selamanya, maka satu hal yang menjadi refleksi cukup mendalam bagi kita adalah ketika di dalam hidup ini, kita merasa gagal oleh karena pilihan yang kita ambil maupun terima(dengan terpaksa), kita perlu untuk mau menerima dan mengampuni diri kita akan kegagalan yang kita alami. Jika kita berpikir bahwa manusia telah ditebus oleh Allah, namun apakah dengan demikian manusia selalu jauh dari dosa? Lantas apakah ketika manusia masih berdosa, Allah menyesali keputusannya untuk menebus manusia dari dosa? Saya rasa tidak! justru di dalam pemahaman iman kita, Allah masih terus mengasihi dan mengampuni manusia, bahkan ia juga tak henti-hentinya menolong dan membimbing kita untuk hidup seturut dengan ajaran-Nya. Dengan demikian, kita pun juga perlu untuk mau menerima kegagalan-kegagalan hidup sekalipun terasa pahit bagi kita. Mengampuni diri sendiri atas kegagalan yang dialami bukanlah perkara yang mudah, namun justru kita diajak untuk memiliki kemampuan ini. Namun bukan berarti bahwa hal ini mengajak kita untuk selalu menyia-nyiakan segala kesempatan yang ada di dalam kehidupan ini, namun ajakan untuk mampu berdamai dengan diri sendiri, atas segala konsekuensi buruk yang akan maupun sudah terjadi di dalam kehidupan kita, menjadi kunci melihat bagaimana cinta kasih Allah yang tak pernah berkesudahan bagi manusia, sekalipun kita kerap kali mengecewakan Dia. 


Melalui perenungan kita pada hari ini, kita diajak untuk memiliki cara berpikir yang bijak dalam mempertimbangkan segala keputusan-keputusan yang sulit dalam kehidupan ini. Tentu kita juga percaya bahwa Allah terus membimbing kita melewati segala pilihan sulit yang ada di dalam kehidupan kita, namun hal ini juga sekaligus menjadi undangan bagi kita untuk dapat memiliki kesadaran yang tinggi akan setiap keputusan dan pilihan yang kita ambil. Kiranya Tuhan menerangi jalan setiap kita yang berada dalam gelap kebingungan dan kebimbangan. Amin

DOA SYAFAAT DAN PENUTUP

Pokok Doa Khusus : Mendoakan masyarakat yang masih menolak vaksinasi dengan berbagai alasan.



NYANYIAN PENUTUP

PKJ. 274 : 1 “Pakailah Waktu Anug’rah Tuhanmu”


Syair: Grijp toch de kansen, Johan de Heer,

Terjemahan: Tim Nyanyian GKI, 1990,

Lagu: Ira D. Sankey

 

Pakailah waktu anug’rah Tuhanmu

hidupmu singkat bagaikan kembang.

Mana benda yang kekal di hidupmu?

Hanyalah kasih tak akan lekang.

Refrein:

Tiada yang baka di dalam dunia,

s’gala yang indah pun akan lenyap.

Namun kasihmu demi Tuhan Yesus

sungguh bernilai dan tinggal tetap.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Dipulihkan, Diberkati, dan Dikuatkan oleh DIA”

Sabtu, 20 Desember 2025 SAAT TEDUH   PUJIAN PEMBUKA NKB. 143 _ Janji Yang Manis   Janji yang manis: ” ‘Kau tak ‘Ku lupakan”, tak terombang-a...