Kamis, 10 November 2022
HARAP MAKLUM
SAAT TEDUH
NYANYIAN PEMBUKA
NKB 193: 1-3 AKU HENDAK TETAP BERHATI TULUS
Aku hendak tetap berhati tulus
kar’na teman mempercayaiku.
Aku hendak tetap berjalan lurus,
kar’na teman t’lah mengasihiku;
kar’na teman t’lah mengasihiku.
Aku hendak teguh senantiasa,
walau besar tantangan dunia.
Aku hendak tetap tegap perkasa
kar’na ku tahu rintangan ‘kan enyah;
kar’na ku tahu rintangan ‘kan enyah.
Aku hendak tetap menjadi kawan
bagi yang hatinya penat, sendu.
Dan kasihku ingin t’rus ku bagikan,
serta imbalan tiada ku perlu;
serta imbalan tiada ku perlu
DOA PEMBUKA
BACAAN ALKITAB – Roma 1: 18-25
RENUNGAN
Seorang anak kecil kedapatan menangis begitu rupa, meraung-raung di depan umum. Orangtuanya sibuk menenangkan anak itu, sementara puluhan pasang mata juga sibuk melihat anak itu dengan tatapan yang sinis. Lalu, orangtua anak tersebut meminta maaf kepada orang banyak dan berkata, “Harap maklum ya, namanya juga anak-anak.”
Anak yang menangis tanpa terkendali tentu saja merupakan hal yang keliru. Anak harus belajar untuk bisa tenang, orangtuanya juga perlu mengajarkan hal yang demikian. Namun, kebanyakan orang menganggap wajar perilaku seperti itu karena mereka masih anak-anak. Akibatnya, anak akan merasa bahwa tindakannya yang menangis meraung-raung itu adalah tindakan yang benar untuk dilakukan. Karena dibiarkan dan dianggap tidak mengganggu, anak akan cenderung melakukan hal yang sama di waktu mendatang.
Kira-kira seperti itulah perilaku manusia yang merasa dirinya benar. Rasa angkuhnya membuat manusia cenderung merasa diri benar dan tidak pernah melakukan kesalahan. Ketika pembiaran terhadap hal-hal kecil yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan terus berlangsung, maka manusia menjadi bebal. “Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh.” (ay. 22)
Untuk mencegah hal ini menjadi tradisi dan kebiasaan yang buruk, kita perlu selalu waspada terhadap kecenderungan yang merusak ini. Dalam lingkup terkecil kehidupan kita yaitu keluarga, perlu ditanamkan nilai-nilai Kristiani yang baik agar bisa diterapkan oleh setiap anggota keluarga: suami, istri, orangtua, anak, adik, kakak, siapapun yang ada di dalam rumah. Salah satu hal yang harus ditegaskan adalah pujian dan ungkapan syukur kepada Tuhan, sang Pencipta.
Paulus mengungkapkan kekecewaannya, “... mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap.” (ay. 21) Manusia ciptaan Tuhan perlu sadar diri tentang kehadiran Tuhan serta mengucap syukur agar terhindar dari kebodohan dan kecemaran. Kesalahan-kesalahan sederhana tidak bisa selalu ditolerir dan dimaklumi, karena akan menggiring pada kesalahan yang lebih sering dan lebih besar dampaknya.
Mari kita belajar untuk tegas dalam iman, dengan tidak memaklumi hal-hal sederhana yang bisa merusak relasi kita dengan Tuhan. Memaklumi dan kemudian membiarkan kekeliruan dan kesalahan akan membawa kita makin tenggelam dalam dosa. Mulailah dari kebiasaan mengingat Tuhan setiap saat dan juga bersyukur senantiasa. Kiranya kita bisa dijauhkan dari kebiasaan yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Amin.
DOA SYAFAAT
· Berdoa untuk pelaksanaan vaksinasi di luar Jawa dan Bali yang masih minim.
NYANYIAN PENUTUP
NKB 193: 4-5 AKU HENDAK TETAP BERHATI TULUS
Aku hendak rendah hati selalu,
kar’na ku tahu betapa ku lemah.
Aku hendak menolong sesamaku;
Allah Esa selalu ku sembah;
Allah Esa selalu ku sembah.
Aku hendak tetap menaikkan doa
dalam dunia yang sibuk dan cemar.
Aku hendak berpaut pada Allah
dan Kristuslah teladan yang benar;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar