Mentalitas Aji Mumpung

 (Selasa, 11 Oktober 2022)


Saat Teduh


Nyanyian Pembuka : NKB 52


"Hai Orang Yang Beriman”


Hai orang yang beriman, tetap waspadalah!

Sebab t'lah larut malam kelam bertambahlah.

Hai jagalah pelita dan janganlah cemas,

berjaga dan berdoa, k'lak datang Penebus.


B'ri lampu t'rus bernyala dan tambah minyaknya.

Janganlah putus asa, tetap bersiaplah.

Pengawal di dewala memandang ke masyrik,

menanti datang fajar yang hilangkan pedih.


Pembacaan Kitab Mazmur 61

(dibaca secara berbalasan dengan anggota keluarga)


Doa Pembuka dan Firman

(dipimpin oleh salah satu anggota keluarga)


Pembacaan Alkitab

Perjanjian Lama : 2 Raja-Raja 5 : 19b-27
Perjanjian Baru : Efesus 6 : 10-20


Renungan

    Kisah 2 Raja-Raja 5:19b-27 dilatarbelakangi oleh peristiwa kesembuhan Namaan dari penyakit kusta yang telah lama dideritanya. Kesembuhan Namaan terjadi karena pertolongan Tuhan yang hadir lewat Elisa. Atas kesembuhan itu, Namaan hendak memberikan hadiah yang berupa sejumlah materi kepada Elisa sebagai tanda terima kasih. Namun, Elisa menolak untuk menerima pemberian itu. Bagi Elisa, cukuplah jikalau karena kesembuhan itu, Namaan menjadi percaya kepada Allah. Elisa tidak mengharapkan hadiah apapun dari Namaan. Karena itu, dia menolak pemberian hadiah dari Namaan itu. 

    Jika Elisa memilih untuk menolak hadiah itu, tidak demikian dengan Gehazi, bujangnya. Gehazi justru memandang peristiwa itu merupakan kesempatan yang baik untuk dia meminta sesuatu kepada Namaan. Karena itu, setelah Namaan pergi, dia pun mengejar Namaan untuk meminta sebagian hadiah yang telah dibawa Namaan itu. Gehazi memanfaatkan peluang atau kesempatan yang ada itu untuk mendapatkan keuntungan bagi dirinya sendiri. Dia meminta kepada Namaan apa yang menurutnya layak diberikan Namaan. Bahkan dia membuat skenario kebohongan dan memakai nama Elisa untuk melancarkan maksud hatinya. Memang, dia kemudian mendapatkan lebih dari apa yang dia harapkan. Namun, pada akhirnya, Tuhan melalui, Elisa justru menghukum dia dengan menimpakan penyakit kusta kepadanya dan anak cucunya.

   Mentalitas Gehazi inilah yang disebut dengan mentalitas aji mumpung. Mentalitas untuk memanfaatkan situasi dan kondisi demi kepentingan atau keuntungan diri sendiri. Mentalitas seperti ini masih banyak kita jumpai ada dalam diri banyak orang masa kini. Mentalitas seperti ini bisa menghinggapi siapapun, baik orang tua, orang muda, atau bahkan anak-anak. Contohnya : mumpung atasan saya hari ini tidak bisa datang ke kantor, maka saya boleh terlambat dan pulang lebih cepat; mumpung mama dan papa sedang tidak di rumah, maka saya bisa main game sepuasnya; mumpung saya sedang menjadi pejabat, maka saya bisa memakai semua fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi saya; mumpung orang sudah merasakan kebaikan saya, maka saya bisa memanfaatkan dia sesuai kemauan saya; dsb. 

    Mentalitas seperti ini tentu bukanlah mentalitas yang baik. Orang yang memiliki mentalitas yang demikian tidak akan pernah bisa menghargai kehidupan. Mereka tidak akan pernah bisa memiliki sikap yang tulus dalam melakukan sesuatu. Mentalitas aji mumpung merupakan salah satu penyakit mental yang perlu untuk kita waspadai dan hindari dalam kehidupan kita. Belajar dari pengalaman Gehazi, kita diingatkan bahwa mentalitas seperti itu hanya akan menghantar kita pada keserakahan, kebohongan, dan penyesalan. 

    Oleh karena itu, sebagai umat Tuhan, jangan sampai kita meneruskan mentalitas Gehazi ini dalam kehidupan kita. Mungkin dalam perjalanan kehidupan ini, kita menghadapi kebutuhan hidup yang semakin berat untuk dipenuhi dan kita melihat bahwa ada peluang untuk memanfaatkan jabatan kita demi mencukupi kebutuhan itu, namun tetaplah menjadi manusia yang tulus dan jujur. Jangan tergoda untuk  menjadi manusia yang bermental aji mumpung. Tetaplah jalankan amanat yang Tuhan percayakan kepadamu dan berlakulah sesuai dengan kehendak Tuhan. Jangan gunakan jabatanmu untuk sesuatu yang tidak baik, sekalipun ada kesempatan. Jangan kotori hidupmu dengan perilaku yang salah. Biarlah pengalaman Gehazi menjadi peringatan buat kita semua dalam menjalani kehidupan ini, sehingga kita tidak terjatuh pada kesalahan yang sama dengannya. Tuhan memberkati. Amin.

     

Doa Syafaat dan Penutup

Berdoa agar masyarakat tetap setia dalam mematuhi protokol kesehatan dalam beraktifitas untuk menjaga diri dan keluarganya.


Nyanyian Penutup : KJ 412


“Tuntun Aku, Tuhan Allah”


Tuntun aku, Tuhan Allah, lewat gurun dunia.

Kau perkasa dan setia; bimbing aku yang lemah.

Roti sorga, Roti sorga, puaskanlah jiwaku,

Puaskanlah jiwaku.


Buka sumber Air Hidup, penyembuhan jiwaku,

dan berjalanlah di muka dengan tiang awan-Mu.

Jurus'lamat, Jurus'lamat, Kau Perisai hidupku

Kau Perisai hidupku.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Dipulihkan, Diberkati, dan Dikuatkan oleh DIA”

Sabtu, 20 Desember 2025 SAAT TEDUH   PUJIAN PEMBUKA NKB. 143 _ Janji Yang Manis   Janji yang manis: ” ‘Kau tak ‘Ku lupakan”, tak terombang-a...