(Selasa, 30 Agustus 2022)
Saat Teduh
Nyanyian Pembuka : PKJ 37 : 1-2
"Bila
Kurenung Dosaku”
Bila kurenung dosaku pada-Mu,
Tuhan,
Yang berulang kulakukan di
hadapan-Mu,
Refrain :
Kasih sayang-Mu perlindunganku.
Di bawah naungan sayap-Mu damai hatiku.
Kasih sayang-Mu pengharapanku.
Usapan kasih setia-Mu s’lalu kurindu.
Rasa angkuh
dan sombongku masih menggoda,
Iri hati dan
benciku kadang menjelma.
(kembali ke
refrain)
Pembacaan Kitab Mazmur 119 : 65-72
(dibaca secara berbalasan dengan anggota keluarga)
Doa Pembuka dan Firman
(dipimpin oleh salah satu anggota keluarga)
Pembacaan Alkitab
- Perjanjian Lama : Yesaya 2 : 12-17
- Perjanjian Baru : Titus 1 : 1-9
Renungan
Apakah Anda senang ketika Anda
bergaul dengan orang yang sombong? Pertanyaan ini tentu akan dengan mudah kita
jawab. Tidak ada di dunia ini orang yang merasa senang dan nyaman hidup bergaul
dengan orang yang sombong. Bahkan dalam praktik kehidupan sehari-hari kita
melihat bahwa ketika ada seseorang yang sombong, maka orang lain yang ada di sekitarnya
akan cenderung untuk menghindar dan tidak mau dekat-dekat dengannya. Sebab
itulah, dalam suratnya kepada Titus, yang ditulis dalam Titus 1:1-9, Paulus membuka
pembicaraannya dengan menerangkan apa yang menjadi tugas Titus ke depan sebagai
pribadi yang ditinggalkan di Kreta. Paulus juga mengingatkan apa yang menjadi
tugas Titus di sana. Titus diberi tugas untuk mengatur dan menetapkan penatua-penatua
di setiap kota untuk mendampingi Jemaat-Jemaat yang telah dilayani Paulus
selama ini. Dalam pesannya itu, Paulus memberikan kriteria-kriteria yang harus
diperhatikan Titus dalam menetapkan orang-orang yang akan diangkat menjadi
penatua-penatua di setiap Jemaat. Salah satu persyaratan yang disampaikan
adalah agar Titus memilih orang yang tidak angkuh atau sombong untuk menjadi
penatua.
Mengapa hal ini menjadi penekanan?
Sebab kesombongan merupakan sikap mental yang tidak baik. Kesombongan tidak
akan membawa dampak yang baik bagi orang lain di sekitarnya. Kesombongan hanya akan
menjauhkan kita dari orang-orang yang ada di sekitar kita. Jika seseorang yang
dipilih untuk menjadi pemimpin adalah orang yang sombong, maka bisa jadi dalam
kepemimpinannya, dia akan sulit untuk menghargai orang lain. Seorang yang sombong
akan sulit untuk menempatkan orang lain sejajar atau lebih tinggi darinya.
Sebab orang yang sombong akan cenderung untuk selalu menempatkan dirinya lebih
tinggi daripada orang lain yang ada di sekitarnya. Jika sudah seperti itu, maka
bagaimana dia akan bisa melayani orang lain dengan baik dan tulus? Bagaimana
dia akan dapat menjadi teladan dalam bersikap yang baik terhadap sesamanya jika
dia sendiri adalah seorang yang sombong? Tentu akan sangat sulit untuk
mewujudkan hal itu. Oleh karena itu, Paulus menempatkan hal ini sebagai salah
satu persyaratan yang harus diperhatikan Titus.
Bahkan dalam Yesaya 2:12-17 juga
diungkapkan kepada kita, bagaiamana sikap Allah terhadap kesombongan. Allah
tidak suka terhadap orang-orang yang hidup dalam kesombongan. Bahkan bukan
hanya kepada manusia, pernyataan ini juga dikenakan-Nya pada semua ciptaan-Nya
yang lain. Dengan ungkapan ini, hendak ditegaskan bahwa apapun penyebab dan
latar belakangnya, Allah tetap tidak akan berpihak dan mendukung kesombongan. Allah
menghendaki agar umat-Nya tetap hidup dalam kerendahan hati. Supaya melalui
kehidupannya, umat Allah dapat tetap menjadi teladan yang baik bagi orang lain
yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu, marilah kita belajar untuk selalu menjaga
diri kita agar kita tidak menjadi orang yang sombong dalam kehidupan ini.
Apapun keberhasilan dan pencapaian yang kita peroleh saat ini, semua karena
anugerah-Nya. Jangan kita menjadi orang yang angkuh karena kita diijinkan Allah
untuk menikmati semua anugerah dan berkat-Nya. Tetaplah jadi teladan dengan
kerendahan hatimu, sekalipun ada banyak berkat-Nya yang diberikan dalam hidupmu.
Jangan terjatuh pada dosa kesombongan. Tuhan memberkati. Amin.
Doa Syafaat
dan Penutup
Berdoa agar masyarakat tetap patuh
dalam melakukan protokol kesehatan di tempat kerja dan sekolah.
Nyanyian Penutup : PKJ 265 : 1-2
“Bukan Kar’na
Upahmu”
Bukan kar’na
upahmu
Dan bukan
kar’na kebajikan hidupmu,
Bukan persembahanmu
Dan bukan
pula hasil perjuanganmu:
Allah
mengampuni kesalahan umat-Nya,
Oleh kar’na
kemurahan-Nya;
Melalui pengorbanan
Putra Tunggal-Nya
Ditebus-Nya
dosa manusia.
Refrain:
Bersyukur, hai bersyukur,
kemurahan-Nya pujilah!
Bersyukur, hai bersyukur
selamanya!
Janganlah
kau bermegah
Dan jangan
pula meninggikan dirimu;
Baiklah s’lalu
merendah
Dan hidup
dalam kemurahan kasih-Nya.
Keangkuhan
tiada berkenan kepada-Nya;
Orang sombong
direndahkan-Nya.
Yang lemah
dan hina dikasihi-Nya penuh,
Yang rendah ‘kan
ditinggikan-Nya.
(kembali ke
refrain)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar