(Selasa, 5 Juli 2022)
Saat Teduh
Nyanyian Pembuka : KJ 4 : 1, 6
“Hai Mari Sembah”
Hai mari sembah Yang Maha besar,
Nyanyikan syukur dengan bergemar.
Perisai umatNya, Yang Maha esa,
Mulia namaNya, takhtaNya megah
Ya Mahabesar, kekal kasihMu;
malaikat memb'ri pujian merdu,
pun kami, mahlukMu kecil dan lemah,
mengangkat pujian serta menyembah.
Pembacaan Kitab Mazmur 119 : 73-80
(dibaca secara berbalasan dengan anggota keluarga)
Doa Pembuka dan Firman
(dipimpin oleh salah satu anggota keluarga)
Pembacaan Alkitab
- Perjanjian Lama : Yeremia 8 : 4-13
- Perjanjian Baru : Kisah Para Rasul 19 : 28-41
Renungan
Tersinggung dengan perkataan orang lain adalah hal yang jamak terjadi dalam kehidupan kita. Ketersinggungan itu bisa disebabkan oleh adanya perbedaan pendapat dan masing-masing berusaha untuk mempertahankan diri, namun juga ada yang disebabkan oleh alasan yang lain. Namun, menjadi menarik ketika yang tersinggung itu bukan hanya satu orang, melainkan satu kelompok orang. Maka yang terjadi adalah demonstrasi atau pengerahan massa untuk melakukan upaya pembelaan ataupun pembalasan terhadap orang yang menyinggung mereka. Demikian itulah yang dilakukan oleh Demetrius.
Dalam Kisah Para Rasul 19 : 24-27 diungkapkan bahwa Demitrius merasa tersinggung dan terancam dengan apa yang diberitakan Paulus. Ia tersinggung dengan pemberitaan Paulus kepada masyarakat Efesus tentang Yesus Kristus. Baginya pemberitaan itu telah mengancam eksistensinya sebagai seorang pengusaha perak yang diuntungkan oleh tradisi pemujaan Dewi Artemis yang telah lama dilakukan oleh masyarakat Efesus. Dia merasa bahwa perusahaannya yang selama ini membuat patung Dewi Artemis dari perak akan hancur dan tidak lagi memberikan penghasilan, jika Paulus dan kelompoknya terus menerus dibiarkan memberitakan Injil di Efesus. Sebab itulah ia mempengaruhi dan menggerakkan para pekerjanya untuk melakukan demonstrasi dan huru-hara.
Apa yang dilakukan Demitrius itu berhasil. Ia berhasil mempengaruhi para pekerjanya untuk melakukan demonstrasi. Kisah Para Rasul 19 : 28-41 mengungkapkan bagaiman para pekerja itu melakukan unjuk rasa di gedung kesenian. Mereka berteriak dan memaksakan kehendak mereka. Namun demikian, seorang panitera di kota Efesus mengingatkan mereka tentang jalur yang benar ketika mereka merasa tersinggung dengan apa yang dilakukan oleh orang lain. Mereka diminta untuk menempuh jalur resmi dengan cara mengadukan apa yang menjadi permasalahan mereka itu ke pengadilan, supaya mendapat jalan penyelesaian yang sesuai dengan perundangan yang berlaku.
Belajar dari apa yang terjadi di depan gedung kesenian Efesus ini, sebagai umat Tuhan kita diingatkan untuk menempuh jalur yang benar dalam menyelesaikan masalah kita dengan orang lain. Jika memang ada hal yang dilakukan oleh orang lain yang kita rasa mengancam usaha kita atau kehidupan kita, maka jangan kita kemudian main hakim sendiri terhadap sesama kita. Ada jalur hukum yang bisa kita tempuh untuk memperjuangkan apa yang menjadi pendapat dan kepentingan kita. Gunakanlah jalur yang benar untuk menyampaikan aduan dan jangan bertindak menurut kehendak sendiri, supaya kedamaian tetap terjaga. Tuhan memberkati. Amin.
Doa Syafaat dan Penutup
(dapat dipimpin oleh salah satu anggota keluarga atau dibagi dengan anggota yang lain)
- Berdoa untuk masyarakat agar dapat tetap membatasi diri dalam bertemu dan memperhatikan protokol kesehatan dengan ketat demi keselamatan bersama.
- Berdoa bagi keluarga masing-masing
Nyanyian Penutup : NKB 204 : 1, 4
“Di Dunia Yang Penuh Cemar”
Di dunia yang penuh cemar;
antara sesamamu
hiduplah saleh dan benar.
Nyatakan Yesus dalammu.
Refrain:
Nyatakan Yesus dalammu,
nyatakan Yesus dalammu;
sampaikan Firman dengan hati teguh,
nyatakan Yesus dalammu.
Hiduplah kini bagiNya,
berjiwa tetap teguh;
bimbinglah orang tercela
melihat Yesus dalammu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar