Kejujuran Dalam Keluarga - Kamis, 3 Oktober 2024

 Kamis, 3 Oktober 2024


NYANYIAN PEMBUKA

NKB 130: 1-2    HIDUP YANG JUJUR

Hidup yang jujur hendak ‘ku serah
pada Yesusku yang aku sembah.
Persekutuan mesra dan kudus,
ingin ‘ku ikat dengan Penebus.

Ref.
Ya Yesus, ‘Kau kurbankan darahMu bagiku;
‘ku b’ri masa depanku dan hidup bagiMu.
Hatiku ‘ku serahkan menjadi takhtaMu.
Kuminta, kuasailah… seluruh hidupku.

Bagiku Yesus memb’ri nyawaNya
menanggung dosaku di Golgota.
Terdorong kasih begitu mulia,
seluruh hidup ‘ku b’ri padaNya.



DOA PEMBUKA


BACAAN ALKITAB    Kejadian 20: 1-8

Kisah Abraham, Sara, dan Abimelekh dalam Kejadian 20:1-8, meskipun terjadi pada zaman yang sangat berbeda, menawarkan pelajaran berharga bagi keluarga Kristen yang hidup di pinggiran Jakarta saat ini. Mari kita telaah lebih dalam bagaimana kisah ini dapat diterapkan dalam konteks kehidupan modern yang penuh tantangan.

Kebohongan Abraham tentang Sara bukanlah sekadar kesalahan kecil. Tindakannya didorong oleh rasa takut dan kurangnya iman pada perlindungan Tuhan. Ini menjadi cermin bagi kita untuk introspeksi diri: apakah kita, sebagai suami, istri, orang tua, atau anak, telah sepenuhnya jujur dan terbuka dalam keluarga?

Di sekitar kita sekarang ini, di mana keluarga seringkali menghadapi tekanan ekonomi, sosial, dan lingkungan, kejujuran dan keterbukaan menjadi semakin penting. Bayangkan sebuah keluarga yang terlilit hutang. Sang ayah, karena malu, menyembunyikan masalah ini dari istri dan anak-anaknya. Beban yang ditanggung sendirian akan semakin berat, dan jika rahasia itu terbongkar, rasa percaya dalam keluarga dapat rusak. Sebaliknya, jika sang ayah jujur dan terbuka, keluarga dapat bersama-sama mencari solusi, baik itu dengan mengatur pengeluaran, mencari penghasilan tambahan, atau meminta bantuan pada gereja atau komunitas.

Keterbukaan juga penting dalam hubungan orang tua dan anak. Seorang remaja yang mengalami perundungan di sekolah mungkin cenderung menutup diri karena takut atau malu. Orang tua yang peka dan membangun komunikasi yang baik dapat membantu anak tersebut untuk berbagi perasaannya, mencari bantuan, dan melewati masa sulit tersebut.

Dalam bacaan kita, meskipun Abraham berbohong, Allah tetap melindungi Sara. Ini bukan berarti Allah menyetujui kebohongan Abraham, tetapi menunjukkan kasih dan kesetiaan-Nya pada janji-Nya untuk memberkati Abraham dan keturunannya. Keluarga Kristen di pinggir Jakarta dapat menemukan penghiburan dalam kebenaran ini.

Mungkin kita merasa kecil dan tidak berdaya menghadapi berbagai tantangan hidup: kemacetan lalu lintas, polusi, kriminalitas, dan lain sebagainya. Namun, kita tidak perlu takut karena Allah senantiasa menyertai kita. Seperti seorang gembala yang melindungi dombanya, Allah akan membimbing, menjaga, dan memelihara keluarga kita.

Bagaimana caranya mengalami perlindungan Allah? Pertama, kita perlu mendekatkan diri pada-Nya melalui doa dan pembacaan Alkitab. Kedua, kita perlu hidup seturut kehendak-Nya, menjauhi dosa, dan melakukan yang benar. Ketiga, kita perlu aktif dalam komunitas Kristen, saling mendukung, dan menguatkan. Gereja dapat menjadi tempat berlindung yang aman, di mana kita dapat bertumbuh dalam iman, berbagi sukacita dan dukacita, serta menerima bimbingan spiritual.

Abraham akhirnya mengaku dosanya pada Abimelekh. Pengakuan dosa adalah langkah awal yang penting untuk mengalami pemulihan. Dalam keluarga, kita perlu menciptakan lingkungan di mana setiap anggota keluarga merasa aman untuk mengaku kesalahan, meminta maaf, dan menerima pengampunan.

Misalnya, seorang anak yang merusak barang milik saudaranya perlu didorong untuk jujur dan meminta maaf, bukan menghindar atau menyalahkan orang lain. Orang tua yang bijaksana akan mengajarkan anak tentang pentingnya bertanggung jawab dan meminta maaf, serta memberikan pengampunan dengan tulus.

Konflik dan perselisihan dalam keluarga adalah hal yang wajar. Namun, jika tidak diselesaikan dengan baik, konflik tersebut dapat menimbulkan luka dan kepahitan yang mendalam. Keluarga Kristen perlu belajar untuk menyelesaikan konflik secara dewasa, dengan mengutamakan komunikasi yang baik, empati, dan kesediaan untuk saling mengampuni.

Keluarga Kristen bukan hanya dipanggil untuk menjaga keharmonisan internal, tetapi juga untuk menjadi berkat bagi sesama. Di pinggir Jakarta, di mana kesenjangan sosial masih terasa, keluarga Kristen dapat menjadi agen perubahan yang positif.

Ada banyak cara yang dapat dilakukan. Mungkin kita dapat membuka usaha kecil yang memberdayakan masyarakat sekitar, menyediakan beasiswa bagi anak-anak yang kurang mampu, atau aktif dalam kegiatan sosial seperti penghijauan, penyuluhan kesehatan, dan lain sebagainya.

Keluarga Kristen juga dapat menjadi teladan dalam hal kejujuran, integritas, dan kasih. Di tengah masyarakat yang seringkali individualistis dan materialistis, keluarga Kristen dapat menunjukkan nilai-nilai Kristiani yang sejati, seperti kepedulian, kerjasama, dan pengorbanan.

Kiranya renungan ini menginspirasi keluarga dan setiap kita untuk hidup lebih berintegritas, mengandalkan perlindungan Allah, dan menjadi berkat bagi sesama. Ingatlah bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat, dan keluarga yang kuat akan membangun masyarakat yang kuat pula. Amin.


DOA SYAFAAT

  • Berdoa agar kaum muda mempunyai
    pandangan yang luas tentang berbagai masalah.
  • Kesehatan seluruh keluarga.


NYANYIAN PENUTUP
NKB 130: 3-4    HIDUP YANG JUJUR
Di mana-mana, setiap kerja
‘kan ‘ku lakukan demi namaNya.
Rela menanggung sengsara pedih,
‘ku ikut Yesus, ‘ku pikul salib.

Ref.
Ya Yesus, ‘Kau kurbankan darahMu bagiku;
‘ku b’ri masa depanku dan hidup bagiMu.
Hatiku ‘ku serahkan menjadi takhtaMu.
Kuminta, kuasailah… seluruh hidupku.

Memuji Yesus dengan hidupku
mau berkenan pada Dia penuh,
ikut mencari yang hilang sesat,
bawa padaNya yang susah penat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Bagi Tuhan - Kamis, 18 Desember 2025

Kamis, 11 Desember 2025