TataIbadah
Rabu – 24 April 2024
Pengabdian: Seberapa Lamakah Bertahan?
Tenang
Berdiamlah selama semenit,
rasakan suasana di sekeliling Saudara. Dengarkanlah semilir angin yang bertiup,
tanpa kehilangan pendengaran terhadap suara-suara lain di sekitarnya.
Nyanyikanlah pujian dari
KAULAH RAJAKU
Kaulah Rajaku
Kaulah Tuhanku
Kau yang termulia
Di bumi dan di surga
Kusembah Kau Tuhan
Kusembah Kau Tuhan
Kupuji, kumuliakan nama-Mu
Kusembah Kau Tuhan
Kusembah Kau Tuhan
Kupuji, kumuliakan nama-Mu
Bacalah Mazmur 95
Pilihlah satu bagian ayatnya dan cobalah mengingatnya sebentar.
Resapilah bagian itu dan jadikan sebagai pesan penting menjalani hari ini.
Perenungan Firman
Berdoalah sebelum membaca perikop
Markus 14.26-31
Renungan
Sang Pangeran gelisah. Beberapa hari ini memang menjadi waktu yang penting
dan menentukan baginya. Sebentar lagi ia akan dilantik menjadi raja,
menggantikan ayahnya. Bersamaan dengan itu pula ia akan menikah dengan gadis
pujaan hatinya.
Mengapa ia gelisah? Pertama, karena menjelang penobatannya sebagai raja,
banyak orang mendekati dia dan menyatakan kesanggupan mereka mengabdikan diri
secara tulus. Tak terkecuali
calon pasangan hidupnya. Mereka semua terlihat penuh antusiasme menyambut
peristiwa besar dalam kerajaan mereka.
Kesediaan
orang-orang itu mengabdi menjadi pertanyaan besar baginya. Apakah memang
pernyataan mereka bisa dibuktikan kebenarannya? Masalahnya, ia tidak tahu isi hati
dan pikiran mereka. Bisa jadi mereka hanya menginginkan sebagian kekuasaan atau
fasilitas yang dimilikinya ketika menjabat sebagai raja kelak.
Alasan berikut yang mendasari kegelisahan
sang putra mahkota adalah, jika mereka mengabdi,
berapa lama pengabdian itu yang akan
mereka tunjukkan? Akankah bertahan lama, ataukah
hanya sampai maksud dan tujuan
mereka tercapai? Lalu
setelahnya mereka berencana
mengkudeta kekuasaannya demi merebut
tampuk pemerintahan yang dipegangnya?
Mungkin
masih ada yang membuat kepalanya pening. Namun setidaknya dua hal itu memenuhi
kepalanya dan dia belum tahu bagaimana menemukan jalan keluar yang bisa
menentramkan hatinya.
Jika
hal itu dialami oleh Yesus, maka Ia, yang sering kita sebut Raja kita itu,
tentu tidak pusing, apalagi sampai tujuh keliling. Dia tahu banyak orang ingin
menjadi murid-Nya, sekutu-Nya, anak-Nya, atau bahkan hamba-Nya. Tak sedikit
yang menyampaikan kata-kata mutiara nan indah membuat orang yang mendengarnya
menaruh simpati.
Hal itu kerap dijumpai dalam berbagai peristiwa. Salah satunya yang ditemukan
dalam tulisan Alkitab hari ini. Di situ diceritakan Yesus yang mengatakan bahwa
di masa depan mereka akan mengalami guncangan iman. Mengapa? Alasannya tidak
disampaikan oleh Yesus.
Terhadap hal itu, Petrus, yang kemudian diikuti para murid yang lain,
menyatakan penolakan. Mereka
merasa akan tetap setia mengikut Yesus, apapun yang terjadi. Apakah ungkapan itu
dinyatakan secara tulus? Bisa jadi. Namun Yesus menanggapi komitmen mereka itu
dengan kalimat menohok, “ … sebelum ayam berkokok dua kali, engkau telah menyangkal
Aku tiga kali.”
Mari
kita merefleksikannya dalam hidup beriman kita. Setidaknya sekali dalam hidup,
kita ditanya, apakah kita mengasihi Tuhan dan berkomitmen menunjukkannya dalam
keseharian kita? Saat menjawab, di hadapan banyak orang, dalam ibadah gerejawi,
kita berkata, “Ya, dengan segenap hati”, atau, “Ya, saya yakin, percaya, dan
berjanji.” Bukankah itu juga pernyataan yang senada dengan Petrus dan kawan-kawannya?
Seperti
halnya Petrus dan juga rakyat sang pangeran, kita menjawab dengan semangat 45,
diiringi ketulusan menjadi pengikut sejati Kristus. Namun dalam perjalanan hidup,
di tengah amukan dahsyatnya permasalahan sehari-hari, iman kita bisa terguncang.
Seperti kata Yesus kepada para murid-Nya. Keheranan dan kekecewaan kita
terhadap kenyataan hidup bisa membuat kita kehilangan percaya dan komitmen kita
mengikut Dia. Lalu, sebelum jalan kita mencapai bagian akhir, kita sudah
menyangkal Yesus demi kenyamanan dan kesenangan pribadi kita.
Terdengar tak asing di telinga kita?
Doa Permohonan
Mari mendoakan agar anggota jemaat Tuhan terus belajar memahami
panggilannya melayani dalam berbagai situasi kehidupan dan menjadikannya
semangat yang tak kunjung padam di tengah kesulitan dan pergumulan yang terus
mendera.
Menutup ibadah hari ini, mari menyanyikan
SETIAKAH DIRIKU, PADA-MU
Pelengkap Kidung Jemaat 154
Setiakah
diriku pada-Mu, Tuhanku?
Dan siapkah hatiku mengiring-Mu terus?
‘Ku harus mengaku tidak tekun,
semangat pun rentan
dan jiwaku yang rapuh
membuatku bercela.
Kau
panggil aku, Tuhan, ‘ku datang pada-Mu
dengan rendah hatiku kut’rima tugasku.
Kobarkan semangat di hatiku,
kuatkan imanku
dan tuntun aku, Tuhan,
arahkanlah niatku.
Menapak
jalan Tuhan, meski letih lesu,
tetap Engkau ‘kuturut, apapun maksud-Mu.
Engkaulah jalanku, kebenaranku,
Kaulah hidupku.
Jadikanlah hamba-Mu
berguna di ladang-Mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar