TataIbadah

Rabu-3 Januari 2024

Bertengkar! Apa Enaknya Sih?

 

Tenang

Berdiamlah selama semenit, rasakan suasana di sekeliling Saudara. Dengarkanlah semilir angin yang bertiup, tanpa kehilangan pendengaran terhadap suara-suara lain di sekitarnya.

Nyanyikanlah pujian dari

KJ 60 – Hai Makhluk Alam Semesta

 

Hai makhluk alam semesta Tuhan Allahmu pujilah:

Haleluya, Haleluya!

Surya perkasa dan terang,

candra, kartika cemerlang

puji Allah, tiap kala:

Haleluya, haleluya, haleluya!

 

Angin yang hebat menderu, awan berarak dan mendung,

Haleluya, Haleluya,

hawa cuaca yang cerah,

musim penghujan marilah,

puji Allah, tiap kala:

Haleluya, haleluya, haleluya!

 

Bacalah Mazmur 110

Pilihlah satu bagian ayatnya dan cobalah mengingatnya sebentar. Resapilah bagian itu dan jadikan sebagai pesan penting menjalani hari ini.


Perenungan Firman

Berdoalah sebelum membaca perikop

Yakobus 4.1-10

                                

Renungan

 

Dalam hidup kita menjumpai beraneka hal berbeda dengan orang lain. Selera, misalnya soal makanan yang disukai, sangat mungkin berbeda, sekalipun dibandingkan dengan orang serumah. Tentu itu merupakan hal yang biasa. Namun hal yang biasa tersebut jadi luar biasa jika membuat manusia saling bertikai atau bertengkar.

Apa saja yang menyebabkan pertengkaran? Penulis Yakobus memaparkan dua hal utama yang menyebabkan terjadinya pertengkaran, yakni 1) keinginan pribadi yang didorong hawa nafsu; dan 2) persahabatan dengan dunia.

 

Apa salahnya memiliki keinginan?  Sebagai manusia tentu setiap orang wajar saja memiliki keinginan. Hanya saja yang tidak tepat adalah jika keinginannya itu dilandasi oleh hal-hal yang merusak, yang terarah pada tindakan seperti membunuh, iri hati, berkelahi, dan sejenisnya. Hal semacam ini terjadi dalam komunitas, tak terkecuali di gereja. Penulis Yakobus menyiratkan hal ini, sebab di gereja yang paling ideal seperti di Filipi sekalipun, terjadi juga perselisihan. Artinya tidak ada komunitas yang bebas dari pertikaian.

 

Hal ini diperparah dengan pikiran manusia yang lebih banyak terarah pada hal-hal duniawi yang bersifat fana. Ketertarikan – bahkan keterikatan – pada hal-hal semacam kekayaan, kekuasaan, kedudukan, dan semacamnya membuat orang melepaskan diri dari nilai-nilai keutamaan kasih, dan sekalipun berkecimpung dalam pelayanan, hal itu hanya menjadi semacam topeng bagi pementingan kepuasannya sendiri.

 

Jika ini dibiarkan berlanjut, maka muncullah persaingan memenangkan keinginan masing-masing pribadi. Akibatnya terciptalah perseteruan yang saling meniadakan. Persaingan terasa di mana-mana. Walau terdengar kata-kata manis seperti, “Puji Tuhan”, “Salam damai”, “Syalom”, atau ujaran yang enak didengar telinga, namun di belakangnya justru kebencian atau iri hatilah yang menonjol.

 

Di sinilah tercipta suasana yang tidak nyaman. Meskipun tetap beraktivitas bersama dan tetap berdampingan, aura di antara orang-orang itu tidaklah menyenangkan. Biarpun berada dalam satu komisi atau badan pelayanan, tapi geraknya tidak sejalan. Akibatnya jika diajak berkumpul, walau tajuknya makan bersama, perasaan yang muncul bukanlah kegembiraan.

 

Hal ini yang dicoba diatasi oleh penulis Yakobus. Dalam ayat 5-12 ia memberikan semacam solusi bagi umat agar bisa menyelesaikan suasana tidak nyaman tersebut. Pertama, ia memperlihatkan bagaimana sikap Allah terhadap perilaku manusia yang sesungguhnya menyakiti Dia. Allah bermurah hati dan beranugerah melalui pengampunan-Nya, yang memahami keberadaan manusia. Jika Allah berkeras hati, tak ada perbuatan manusia yang terampuni, sebab segala kesalahan manusia merupakan kekejian di mata-Nya. Allah mau ‘memaklumi’ perbuatan manusia tersebut, sehingga akhirnya mengampuninya, tanpa menghitung-hitung bobot kesalahan yang dilakukan, walau bukan berarti Allah berkenan pada perbuatan buruk.

 

Secara konkret, hal ini ditunjukkan dengan keinginan berdamai dengan Allah. Ini berarti ia mau merendahkan diri di hadapan Allah. Artinya ia mau meninggalkan keinginan sendiri berupa keegoisan dan berorientasi pada kehendak Allah dalam hidup sehari-hari. Praktisnya, bisa dilatih dengan lebih banyak berdiam diri kala berdoa. Biarkanlah Tuhan yang bicara, jangan mendominasi percakapan seakan-akan hanya kita yang punya mulut dan keinginan.

 

Kedua, setelah menjelaskan sikap Allah yang mau mengampuni manusia, kini terbuka kesempatan bagi manusia berdamai dengan Allah. Manusia bisa memperbaiki diri dan melihat beraneka kelemahannya, namun tidak minder untuk bebenah dan memperbaiki dirinya. Kepadanya diberikan kesempatan membuka diri agar bisa mengakui kelemahannya dan nantinya juga bisa berdamai dengan orang lain. Sebab jika seseorang tidak mau mengakui kelemahannya, ia hanya akan menonjolkan diri – walau sesungguhnya banyak cacatnya – dan menjatuhkan orang lain. Jika ini yang terjadi, mustahil ditemukan titik temu yang dapat memperdamaikan pihak yang berseteru.

 

Sikap sederhana yang dapat melatih kita mewujudkan hal ini adalah mulai mengurangi bicara hal-hal negatif tentang orang lain. Kalaupun tidak bisa menemukan kelebihan atau kebaikan orang lain, bukan berarti kita bisa mencari celah kelemahan atau kekurangannya. Apalagi mendiskusikannya dengan orang lain, seakan-akan kita lebih baik daripada dia. Selain berpotensi merusak hubungan, kita juga terdorong menghakimi. Padahal tidak ada orang yang suka dihakimi, bukan?

 

Semoga pembelajaran dari Yakobus ini menolong kita agar dapat menempatkan diri lebih baik lagi di tengah komunitas kita, sehingga tercipta perdamaian alih-alih perseteruan dan pertengkaran, yang ujung-ujungnya lebih banyak ruginya ketimbang untungnya.  


Doa Permohonan

Mari memohon agar

1.      Para pelayan menggunakan hikmat Tuhan dalam menjalankan pelayanannya

2.      Para pelayan semakin rela memberi diri melayani di tengah berbagai kesibukan

3.      Persiapan menyongsong Pemilihan Umum, agar berlangsung dalam keamanan, kenyamanan, dan ketertiban

 

Menutup ibadah hari ini, mari menyanyikan

NKB 72 – Nama Yesus Berkumandang

 

Nama Yesus berkumandang di sejarah dunia!

Nama Yesus menyampaikan damai dan bahagia!

Hai dengarkan panggilan-Nya dan tinggalkan dosamu:

Tiap orang yang percaya pada Dia berteduh.

 

            Yesus, Kaulah Surya rahmat,

Kau kobarkan hatiku.

Bersyukur di jalan s’lamat,

aku puji nama-Mu!

 

Nama Yesus bercahaya di segala negeri;

Dalam t’rang penghiburan-Nya, pengharapan berseri!

Nama itu mengenyahkan kegelapan dunia;

kuasa dosa dikalahkan oleh nyala kasih-Nya!

 

Nama Yesus Mahaagung dan semaraknya tetap;

diterangi-Nya jiwaku, biar malam pun gelap.

Langit bumi ‘kan binasa, matahari terbenam,

Nama Yesus berkuasa dan abadi cemerlang!

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rumah Bagi Tuhan - Kamis, 18 Desember 2025

Kamis, 11 Desember 2025