Tataibadah harian
Sabtu –
22 Oktober 2022
Bacaan:
Yeremia 14.1-6
Saat teduh
Bisa diiringi
instrumen
Nyanyian Umat
NKB 15 – Hidup Yang Penuh Berbeban
Hidup yang penuh berbeban dan terasa berat,
ringan semua di Kalvari kar’na Yesus dekat.
Ringan
semua di Kalvari, Kalvari, Kalvari;
ringan
semua di Kalvari kar’na Yesus dekat.
Segenap kekuatiranmu s’rahkan kepada-Nya
ringan semua di Kalvari kar’na Yesus dekat.
Air mata pahit pedih, Yesus tahu benar,
ringan semua di Kalvari kar’na Yesus dekat.
Doa Pembuka - Dipimpin seorang anggota keluarga
Pembacaan Mazmur 84.1-7
Seorang anggota
keluarga membacakannya
Renungan
o
Doa persiapan
o Pembacaan
Alkitab: Yeremia 14.1-6
Tuhankah Sumber Bencana?
Dalam hidup ini ada kalanya manusia mengalami petaka atau
musibah. Entah karena wabah – seperti yang sekarang sedang kita derita – atau karena
penyebab lainnya, seperti kecelakaan, misalnya. Bisa juga karena gejala alam
seperti gempa bumi atau tsunami.
Atas segala hal itu muncul pertanyaan, mengapa semua itu
bisa terjadi?
Ada yang berpikir, itu karena Tuhan mengizinkannya. Mungkin
Ia punya maksud tertentu di balik semua hal itu. Misalnya, supaya manusia
bertobat.
Pertobatan juga salah satu bagian yang terkandung dalam kitab
Yeremia. Dimulai dari sikap umat Israel yang menyembah Baal dan menolak setia
kepada Tuhan, selanjutnya mereka berakhir di pembuangan. Tentu saja yang namanya
pembuangan itu tidak enak. Di situ mereka merana. Berbagai macam penderitaan
harus dijalani.
Salah satu bentuk penderitaan mereka dirasakan di musim
kemarau. Sumber bahan makanan semakin sedikit jumlahnya. Dalam keadaan seperti
ini umat Israel menjerit minta tolong. Ke mana mereka harus mengadu nasib? Jika
melihat Tuhan mengizinkan penderitaan, akankah Ia mendengar seruan minta tolong
mereka? Bisa-bisa Ia akan berkata, “Jalani saja deritamu dengan tekun. Nanti ujung-ujungnya
kamu akan beroleh kebaikan.”
Tapi kekeringan sudah semakin menyiksa mereka. Apakah mereka
akan mati binasa? Bagaimana ini?
Penulis Yeremia ingin menunjukkan bahwa Tuhan bukanlah
sumber semua ini. oleh karenanya Yeremia dikabarkan meminta Tuhan menolong
mereka. Dalam pemahaman bahwa Tuhan justru mendatangkan kesejukan bagi
umat-Nya, Ia layak dimintai tolong. Sebab Tuhan memperhatikan penderitaan dan
keluh kesah umat-Nya. Ia hadir dalam setiap pergumulan dan penderitaan mereka. Tak
terkecuali dalam situasi ini. Kemarau tidak dilihat sebagai bentuk penghukuman
atas kesalahan Israel.
Dalam teologi kita, Tuhan diyakini sebagai penyelamat kita.
Dia mendampingi kita di tengah kesusahan kita. Dia mau mendengar keluh kesah
dan curhatan kita. Dia memberikan hati demi kita yang mengalami duka dan
nestapa. Kita tidak dibiarkan sendirian. Dalam kesaksian Yesaya ditulis, “… Aku
menggendong kamu.” (46.4a)
Manusia tidak luput dari kesalahan. Betapa kita berusaha
mengelak dan menghindarinya, selalu saja ada yang salah pada kita. Seperti umat
Israel yang salah dan diminta bertobat, kita juga terus diajak bertobat. Akan tetapi
bukan berarti Tuhan menimpakan musibah atas kita supaya kita bertobat. Tuhan tidak
membuat hidup kita jadi susah dalam rangka mempertobatkan kita. Itu namanya memaksa.
Atau mengancam. Tuhan mengajak kita sadar jika bertobat membawa kita kepada
keadaan yang lebih baik. Bukan supaya terhindar dari bencana, sebab ia bisa dating
kapan saja, kepada siapa saja. Bahkan kepada yang senantiasa bertobat. Bencana itu
akan tetap ada di dunia ini, namun bukan dihadirkan Tuhan. Sebab Tuhan adalah
pribadi yang baik, yang tidak mau mencelakakan umat-Nya, betapapun umat-Nya
hidup dalam kegelapan dan kesesatan.
Pokok doa
Kebutuhan
keluarga tetap menjadi hal yang perlu diperjuangkan, demi memelihara
kelangsungan hidup di era pandemi ini. Akan tetapi jangan sampai melupakan juga
hal-hal lain yang tak kalah pentingnya!
Dipimpin oleh seorang anggota keluarga, atau bergantian
Nyanyian Umat
NKB 38 – T’lah Lewat Malam Yang Gelap
T’lah lewat malam yang gelap,
datang hari yang cerah!
Dan rasa takut pun lenyap,
jiwaku bersukalah!
Sungguh
nyata damai sorga
membuatku bergemar
Kasih Mukhalis bagiku
jadi harta yang besar
Dihapus-Nya air mataku
dan hatiku pun senang
Mulailah kembaraku
yang menuju sorga t’rang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar