Tataibadah harian
Sabtu –
15 Oktober 2022
Bacaan:
Markus 10.46-52
Saat teduh
Bisa diiringi
instrumen
Nyanyian Umat
NKB 7 “Nyanyikanlah
Nyanyian Baru”
Wahai langit yang mengatasi s’gala langit
mazmurkanlah Tuhanmu,
Hai air di atas langit, turut memuji Tuhan,
Muliakan Penciptamu.
Bersorak-sorai bagi Rajamu!
Bersorak-sorai
bagi Rajamu!
Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Allah,
semua ciptaan-Nya.
Semesta alam, pujilah Tuhan yang di sorga,
nyanyikan: Haleluya!
Doa Pembuka - Dipimpin seorang anggota keluarga
Pembacaan Mazmur 121
Seorang anggota
keluarga membacakannya
Renungan
o
Doa persiapan
o Pembacaan
Alkitab: Markus 10.46-52
Imanmu Menyelamatkanmu!
Ada hal menarik yang kita bisa pelajari dari perkataan
Yesus dalam bagian akhir perikop ini. “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan
engkau!” Begitulah yang tertulis dalam teks Alkitab Terjemahan Baru.
Jika iman manusia menyelamatkan dirinya, apakah artinya
keselamatan tidak berasal dari Tuhan?
Coba kita pikir sejenak. Siapa yang membuat kita bisa beriman?
Tentu beriman merupakan anugerah, yang hanya dapat diberikan Tuhan. Tidak ada
orang yang secara lahiriah langsung memiliki iman.
Iman itu juga merupakan bentukan yang melalui proses. Kisah
orang buta ini percaya kepada Yesus sebagai Tuhan yang berkuasa menyembuhkan dia
juga tidak muncul secara otomatis. Salah satu prosesnya timbul melalui
pendengaran tentang apa yang dikatakan dan diperbuat Yesus. Bagian lain dari pembentukan
iman itu antara lain adalah sikap terhadap apa yang didengarnya.
Ada orang yang mendengar sebuah berita atau informasi,
menganggukkan kepala, tanda ia mengerti pesan apa yang disampaikan dalam berita
tersebut. Akan tetapi belum tentu ia kemudian menyikapinya. Misalnya seseorang
mendengar berita tetangganya tertabrak motor di depan halaman rumahnya. Menurut
informasi yang ia terima, tetangganya mengalami gegar otak, dan harus dibawa ke
rumah sakit segera. Ia memercayai kebenaran berita tersebut, memahami situasi
yang menimpa tetangganya itu, namun tidak melakukan tindakan apapun selain
kembali ke telepon genggamnya, lalu membaca pesan WA lainnya dari kerabat yang
berbeda, tentang hal berbeda pula. Dia percaya kebenaran berita itu, namun
tidak berbuat apa-apa.
Tidak demikian halnya dengan orang buta dalam cerita ini. Percayanya
kepada Yesus membuatnya bergerak. Penulis Injil Markus menggambarkan tindakannya
dengan kalimat “ia menanggalkan jubahnya, segera berdiri dan pergi mendapatkan
Yesus.” Ada tiga kata kerja di situ, yakni menanggalkan jubah, berdiri, dan
pergi ke arah Yesus.
Itulah bentuk iman yang dimaksudkan Yesus. Tentunya bukan
semata-mata perbuatan sang buta yang ditonjolkan, sebab sebelumnya penulis
Injil sudah memberitahukan tindakan Tuhan terlebih dahulu. Dalam tulisannya kita
bisa melihat Yesus terlebih dulu meminta orang buta itu dating kepada-Nya.
Dalam teologi kita, Tuhan selalu mengambil prakarsa menyelamatkan
kita. Tak terkecuali dalam teks ini. Yesus menawarkan kesembuhan kepada orang
buta, dan ini bisa disimpulkan sebagai tindakan pertama Tuhan terhadap manusia.
Setelah itu, apakah kita hanya diharapkan berdiam sambil mengklaim bahwa kita
telah beriman dan karenanya layak mendapatkan keselamatan? Iman yang nyata
seharusnya diwujudkan dalam sikap yang benar, yakni mengikuti apa yang
dikatakan Yesus. Tak berlebihan apa yang ditulis dalam kitab Yakobus, “Iman …
tidak disertai perbuatan… pada hakekatnya adalah mati” (2.17)
Pokok doa
Di
tengah perayaan bulan keluarga, mari kita belajar saling mendukung, dalam proses
belajar menerima hal-hal baru di tengah hidup.
Dipimpin oleh seorang anggota keluarga, atau bergantian
Nyanyian Umat
NKB 33 – Agung Kasih-Mu, Allah Bapa
Agung kasih-Mu, Allah Bapa,
sandang pangan cukup Kauberi
aku mau memuji-Mu s’lama-lamanya.
‘Kau bak angin yang segar; berhembuslah!
Jangan cemas, hai umat Allah!
Tuhan tetap mencukupimu.
Kasih-Nya amat besar dinyatakan-Nya.
Bunga dihiasi-Nya; betapa kau?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar